Surat Untuk Soe; Media yang Mengendalikan Orang-Orang ; 30 Jun 2013
Soe, kemarin lusa baru saja ada seorang perwakilan organisasi agama yang menyiram muka seorang sosiolog dari Universitas Indonesia. Dalam acara televisi nasional yang sedang live di pagi hari. Tentu kau tertarik untuk mendengarkan, maka akan aku ceritakan.
Organisasi itu bernama Front Pembela Islam (FPI). Organisasi agama Islam yang bagi sebagian orang Islam di Indonesia justru tak ingin mengakuinya, dan sebagian umat Islam lain mendukungnya. Lantaran sikapnya yang terlampau keras dalam bertindak di mata masyarakat Indonesia. Di acara televisi tersebut, perwakilan FPI menyiram wajah dari sosiolog UI karena dia muak dengan sikap diskusi sang sosiolog yang memotong pembicaraannya. Meski ada latar belakang lain yang lebih kuat yang membuat sang wakil lebih ingin menyiramnya wajahnya dengan air teh, barangkali ia berharap itu air keras.
Terlepas sang sosiolog pernah membuat masalah dengan pernyataan-pernyataannya yang merusak nilai Islam di masa lalu, aku tak bermaksud membelanya. Juga terlepas wakil FPI yang meyiram wajah lawan diskusinya karena dia menilai tak beretikat dalam berdiskusi, padahal dia sendiri tak memiliki etika dalam menghargai orang, aku tidak bermaksud menyerangnya. Justru aku ingin bertepuk tangan pada televisi swasta nasional yang keluar menjadi pemenangnya. Ya, sekali lagi tv itu berhasil mengadu domba orang. Dan berhasil menciptakan kebencian baru sebagian masyarakat Indonesia kepada FPI. Pemimpinnya pasti tertawa, dan mungkin berkata "Kita berhasil membuat masyarakat tambah benci kepada FPI!", atau "Persetan orang-orang membicarakan kejadian tadi pagi, masa bodo FPI dan sosiolog UI, yang penting tv kita dibicarakan banyak orang, rating naik!" dan macam-macam kalimat lain yang bisa kau ciptakan sendiri, sesuai kemungkinan-kemungkinan apa yang diagendakan tv tersebut. Dan juga barangkali sang pemimpin berkata kepada presenter yang ngotot mengadu domba mereka hingga terjadi penyiraman tersebut, "Kerja bagus, boy!"
Media tersebut sukses mengarahkan opini publik sesuai dengan wacana yang ingin mereka angkat, yang ingin mereka buat, yang ingin mereka tanam di pikiran masing-masing tiap orang. Yang orang-orang itu sendiri tidak sadar mereka sedang ditanamkan pola pikir yang sama dengan pola pikir media, lebih tepatnya pembesar-pembesar media tersebut. Indoktrinasi secara halus. Apa kepentingannya? Bisa jadi perkembangan bisnis media mereka, atau kepentingan politik media mereka, atau dendam pribadi pembesar media itu.
Dua hari kemarin, banyak sekali orang yang mencemooh, mengatai, mengolok-olok, mengutuk wakil FPI tersebut lewat media sosial. Aku tidak menyalahkan mereka, karena memang sikap wakil FPI tersebut tidak pantas dihargai, tapi yang ada dalam pikiranku, Soe. Betapa kebanyakan bangsa Indonesia ini mudah sekali diadu-domba.
Ada suara yang berkata dalam jiwaku ketika aku sedang menyendiri, Soe. Dia bilang; dalam pertengkaran, siapa yang bisa mengendalikan amarah dan tetap tenang, dialah pemenang.
Sekian dulu. Lanjutkan tidurmu, Soe.
Labels: Buah Pikiran, Kepada