Yang Tertulis di Lauh Mahfudz ; 7 Oct 2011

Kepada wanita yang telah tertulis di Lauh Mahfudz

Apa kabar? Semoga selalu baik-baik saja. Aku pun di sini baik-baik saja. Meski terkadang beberapa waktu merindukanmu. Ya, merindukanmu. Meski kau dan aku belum pernah bertemu. Mungkin kau tertawa, bagaimana caraku mencintai dan merindukan seseorang. Termasuk kau, yang belum kukenal secara zahir, tapi lama kukenal di dalam batin. Coba bayangkan sejenak, saat-saat malaikat menulis kau sebagai jodohku dan aku sebagai kekasihmu, di Lauh Mahfudz. Dunia pertama yang kita huni sebelum dilahirkan ke bumi. Begitu penuh cinta. Bermula dari segumpal darah, lalu menjadi sekepal daging, kemudian diciptakan tangan, kaki, kepala, hati, mata, jantung, telinga. Sampai seluruh organ manusia kita punya, datang seorang malaikat. Yang mengucapkan salam, yang membawa catatan dan pena. Menuliskan cerita perjalanan hidupku di dunia, dan empat hal yang tak dapat ditukar dan tertukar: kelahiranku, kematianku, rizkyku dan kau. Begitu romantis, bukan? Ketika aku baru saja memiliki ruh, ketika aku hanya bisa menendang perut ibu, ketika aku hanya bisa diam saat malaikat menulis kisah hidupku, saat itu sudah diceritakan suatu saat nanti kita akan saling mencintai. Kau kekasihku dan aku kekasihmu.

Lalu kita dilahirkan pada ruang dan waktu yang berbeda. Dipisahkan untuk sementara.

Dan kita menjalani hidup yang berasingan. Mencintai orang yang berlainan. Sebelum waktu pertemukan kita pada sebuah jalan yang bersimpangan. Seperti sepasang rel kereta, kita adalah keduanya. Bersebelahan, tapi menjalani hidup yang berlainan. Dekat, tapi tak terikat. Kau pada hidupmu, dan aku pada duniaku. Menjalani kehidupan panjang, sampai pada akhirnya kita akan bertemu pada sebuah persimpangan, sebelum kereta kita berhenti di stasiun terakhir.

Mungkin kita belum pernah bertemu, mungkin pula kau adalah seseorang di masa lalu. Mungkin kau wanita yang tak sengaja kulihat di bis kota, mungkin kau wanita yang selalu mendengarkan aku bercerita, mungkin kau wanita yang selalu kudamba namun tak pernah kunyatakan cinta, dan mungkin pula kau wanita yang pernah mencintaiku dan memiliki sedikit kenangan manis tentang kita. Siapa pun dirimu, kekasih. Aku percaya, kita hanya dipisahkan sementara untuk belajar sebanyak-banyaknya tentang cinta, sebelum hidup pada satu rumah yang sama.

Tak usah khawatir kau akan kehilanganku. Seperti aku tak khawatir aku tak akan menemukanmu. Sebab kau tak mungkin tertukar, dan aku tak mungkin ditukar. Tugasku bukan mencarimu, tapi menshalihkan diriku. Tugasmu bukan menantiku, tapi mempersiapkan dirimu.

Baik-baiklah kau di sana. Belajarlah sebanyak-banyaknya. Persiapkan dirimu sematang-matangnya. Untuk hidup, cinta dan anak-anak kita.

Labels:

permalink | 1 comments (+)

« BACK FORWARD »