Kepada Pria Penjaga Bidadari dan Malaikat Kecil ; 13 Jan 2011

Assalammualaikum, Aditya

Bagaimana kabar istri dan anak-anakmu? Sudah kau pastikan mereka semua lelap dengan penuh cinta darimu? Kuharap ya.
Dan, siapa nama para malaikat kecil itu? Sagitta, Embun, Pijar, Pelangi? Kuharap kau tak serakah dalam memberi nama malaikat-malaikat itu. Bidadarimu juga punya nama impian untuk malaikat kalian sebelumnya, mungkin. Juga, siapakah bidadarimu itu? Masa lalumu ingin tahu seberuntung apa kamu sekarang ini. Pendiam kah, ceriwis kah, cantik? Sepertinya aku tak usah tanya. Bidadari mana ada yang tak indah?
Aku hanya ingin mengingatkan, masa lalumu memiliki mimpi-mimpi yang ia gantungkan lebih tinggi dari langit. Tercapai kah? Sesuai kah? Apa pun yang kau miliki esok nanti, tetaplah bersyukur kepada Tuhanmu. Aku tahu pasti yang terbaik yang kau dapatkan sekarang ini.
Aku tahu kau seorang pemimpi. Kau terlalu percaya pada Tuhanmu hingga kau tetap berani bermimpi.
Dan aku ingin kau lihat kehidupanmu sekarang? Seperti apa janji Tuhanmu itu? Katakan padaku. Bila memang benar Dia tidak ingkar, aku akan mencintainya lebih dari sekarang. Dan apabila mimpimu belum juga tercapai, tetaplah bersyukur. Doamu mungkin disimpan, atau digantiNya dengan yang lebih baik. Aku akan tetap memujanya. Toh kepada siapa lagi aku bersujud, Dia Tuhanku satu-satunya.
Boleh ya aku bertanya mimpimu sedikit?
Novel, ah kau mungkin sekarang sudah punya banyak buku best seller. Paris atau Turki, kota cintamu bersama sang bidadari? Dan, ibumu… masih adakah wanita tangguh luar biasa itu sekarang? Sudahkah ia menjadi seorang Hajjah? Seharusnya sudah, itu mimpinya Adit! Cuma itu yang dia sangat inginkan setelah melihat kau dan saudara-saudaramu menjadi anak yang membanggakan untuknya. Ia ingin sekali menyalami nabi, ia ingin sekali mencium Hajar Aswad. Kumohon, jangan sampai ada lagi air mata yang beranak sungai di pipinya. Tolong jaga dia baik-baik. Jaga lebih baik dari aku menjaganya sekarang. Dia wanita nomor satu di hidupku. Kumohon.
Dan, wanita nomor duamu, Ika. Eh, apakah ia sudah bergeser jadi nomor tiga? Aku harap tidak. Mungkin ia bisa berbagi posisi dua bersama bidadarimu. Jangan lupakan sahabat terbaikmu itu, Adit. Dia… ah aku tak punya kosakata yang bisa mewakili rasa sayangku kepadanya. Seperti kamu yang tak bisa menulis puisi lebih indah dari wajah bidadarimu. Hei, siapa pria beruntung yang jadi imam sahabatmu? Sampaikan salamku untuknya. Bilang padanya jaga Ika baik-baik. Dan jangan sekali-kali ia menyakitinya. Atau aku yang dari masa lalu akan datang untuk membelanya, kalau kau, pria masa depanku tak becus membelanya.
Bukan apa-apa Adit, aku hanya sekadar mengingatkanmu. Juga mengenang masa lalumu. Kau pasti tersenyum membaca surat ini. Kau pun boleh membaginya pada bidadarimu untuk membacanya. Agar ia tahu, aku sudah mencintainya walau aku belum pernah bertemu dengannya.
Teruslah menjadi ahli syukur, jangan tinggalkan solat, rajin-rajin dhuha dan tahajudnya, banyak-banyak sedeqah. Jadilah seorang ayah yang hebat, suami yang setia, anak yang berbakti, dan sahabat yang sejati.
Aku titip cium untuk bidadariku, malaikat kecilku, Ika sahabatku, dan wanita nomor satu di hidupmu. Bila mereka bertanya, katakan aku (masa lalumu) sangat mencintainya. Bila mereka bertanya, suruh baca surat ini.

Wassalammualaikum,

Labels:

permalink | 0 comments (+)

« BACK FORWARD »