Saat Bumi Membalas ; 2 Oct 2009

Gadis kecil itu berdiri memeluk ibunya erat, yang juga menggendong adik kecilnya yang belum bisa berjalan. mereka berdiri di jalan depan rumahnya, menyaksikan rumahnya hancur dikoyak oleh bumi.
Air matanya mengalir menyapu kedua pipi putihnya.
Teriakan tangisnya menyaingi gemuruh reruntuhan bangunan.
Ia menangis, menangis ketakutan.
Berlindung dalam pelukan ibunya yang juga menitikan air mata ketakutan.
Gadis kecil itu masih terus menangis walau bumi telah usai bergetar. Tangisan yang akan mengiris hati siapa pun yang mendengarnya.

Manusia hanya bisa berhamburan tak berdaya penuh panik dan cemas atas kuasaMu ini Ya Allah.
Kami hanya bisa menangisi kesombongan kami, ketamakan kami, keegoisan kami yang tak berarti apa pun dibanding kuasaMu.
Kami tertawa lebar -entah seberapa sering itu- saat kami merusak bumi yang telah Kau ciptakan. Tapi kami menangis sangat dalam ketika Kau runtuhkan rumah kami sekali saja.
Mungkin bumi tak tahan dirinya diperkosa terlalu lama, hingga akhirnya ia berdoa padamu agar membalas perbuatan yang manusia lakukan terhadap dirinya.

Maaf bumi, kami memang sering mencukur habis hutan - hutanmu, kami tancapkan bor ke perutmu sehingga menghasilkan lumpur yang merendam ratusan rumah bersama harapan dan mimpinya. Kami juga tlah melubangi tubuh sahabatmu di atas sana, yaitu langit.
Tapi sekali kau bergetar, sungguh kami memohon ampun pada Penciptamu juga Penciptaku.

Ya Allah, ampuni mereka yang pergi dan beri ketabahan bagi mereka yang di uji.



NB : jangan cuma membaca atau menulis seperti ini. yuk sisihkan uang yang sering kita pakai untuk pacaran, untuk makan di restoran, untuk beli pulsa, untuk bayar tagihan internet kepada mereka yang sekarang gak punya rumah bahkan nyawa di tanah minang.

Labels:

permalink | 0 comments (+)

« BACK FORWARD »