Aku (tak) Menemukanmu ; 10 Jan 2012
Setelah hari itu, aku mencoba menghibur diri dengan pergi ke tempat-tempat yang biasa dikunjungi orang-orang yang patah hati, yang biasa dikunjungi oleh jiwa-jiwa yang menderita penyakit tak kasat mata, yang adanya di dada, sebelah kiri, jauh ke dalam, dan lebih dalam lagi
Tempat-tempat yang barangkali bisa menyembuhkan cedera tak tertangguhkan yang pernah diderita hati manusia, rasa pembuat galau manusia kebanyakan
Bukan, bukan laut, tidak pula puncak gunung, apa lagi padang gurun
Melainkan tempat paling nyaman yang pernah diciptakan manusia, yang terletak di antara kedua tangan: ialah dekapan
Tapi aku tak menemukanmu di sana
Tempat lain lagi adalah ruang yang tak kalah menenangkan, ia lebih hangat dari pelukan, karena letaknya tersembunyi di balik peluk, berada di dalam rongga dada: itulah hati manusia
Bukan sembarang hati, tapi rumah yang cukup nyaman untuk bisa kusinggahi, rumah seorang lain lagi yang kupikir memiliki pribadi putih, dan kukira bisa menelurkan sebutir bahagia dari segenggam luka
Namun aku salah
Aku tak menemukanmu di sana
Masih adakah tempat lain? Barangkali masih, jika saja aku mencoba melawan takdir ruang dan waktu: masa depan, sayangnya aku bukan ilmuwan, bukan pula ahli sihir yang katanya mampu melihat masa datang, sebagai manusia biasa aku hanya bisa berjalan-jalan ke masa lalu, menjenguk kenang-kenangan yang seharusnya tak kukenang
Ya, tak seharusnya kukenang
Karena aku hanya menemukan kepingan-kepinganmu yang tak utuh, serpihan jiwa yang sebenarnya sedang menjalani aktivitasnya di dunia nyata yang kau sebut realita, kepingan-kepinganmu yang menyerpih seperti bulu-bulu bambu, seperti pecahan-pecahan kaca yang hanya membuatku terluka bila aku menyentuhnya
Kembali, aku tak menemukanmu di sana
Hingga akhirnya aku memilih luka ini untuk sembuh sendiri, biar ia dikeringkan oleh detik-detik yang berubah menit, menit-menit yang berubah jam, jam berubah hari, berubah minggu, berubah bulan, bersamaan dengan bertemunya aku dengan orang-orang baru yang tak mengenalmu, yang membuatku benar-benar sembuh dari luka itu
Orang-orang yang beberapa kuanggap teman, beberapa kuanggap kawan, beberapa kukatakan sayang, beberapa kukatakan cinta
Yang pada akhirnya, tetap, aku tak menemukanmu di sana
Hingga akhirnya aku kembali pada hatiku sendiri, membawa pulang pelajaran dari perjalanan yang tak menghasilkan apa-apa, kecuali sebuah penyadaran diri yang selama ini tak kumengerti: engkau tak pernah pergi
Aku menemukanmu, di sini, di hatiku sendiri
Labels: Puisi