Seperti yang Kita Lakukan Dulu ; 20 Feb 2011

Kau tahu aku pendengar yang baik. Bahkan untuk tiap tarikan napasmu yang kemudian kau hembuskan kembali aku mendengarnya. Bisikkannya masih sama saat pertama kali aku mengecup keningmu yang sempit untuk pertama kali: aku mencintaimu. Dan aku pun tahu kau selalu menyimak yang kukatakan atau yang tak kukatakan. Bahkan untuk detak jantungku berdegup tiap detik kau mendengarkannya. Apakah debarnya masih berupa morse Tuhan yang hanya kau mengerti arti sandi yang berada pada nadi: aku menyayangimu.

Waktu selalu hampir mati saat aku dan kamu duduk bersisian. Kau tahu, ia cemburu. Pada aku yang merangkulmu seperti bahagianya seekor punguk memeluk bulan. Pada kamu yang bersandar di dadaku seperti stetoskop buatan Tuhan yang sehangat pelukan. Tak dingin seperti milik dokter kebanyakan. Bagiku, saat itu Izrail milikku. Kusuruh ia mencabut nyawa waktu sampai habis ruh melewati kerongkongan. Detik mati, dan kamu milikku dalam waktu yang terhenti. Hanya bahagia, bukan duka atas kematian poros bumi yang berhenti berputar. Tak ada cela, kecuali yang sangat ku tak rela, waktu itu adalah kemarin.

Kemarin. Dan seandainya hari itu milikku lagi. Seandainya aku memelukmu lagi dan kau kembali bersandar pada dadaku sore ini. Menggantikan dia yang saat ini sangat kau cintai. Mungkin aku tak perlu memaksa pelangi hadir pada retinaku sendiri. Yang sudah menjatuhkan hujan di bulan Februari tapi tak kunjung berubah warna-warni.

Aku meragu. Dan, coba kau katakan padaku. Apakah lelaki barumu selalu mengecup keningmu, saat takut mulai meraja pada hati, takut akan kehilangan seseorang yang ia cintai? Apakah ia selalu mendengarkanmu, seperti aku yang setia mendengarkan bahkan pada kata yang tak kau ucapkan, bisik napasmu yang mencintai aku? Apakah dia juga yang memeluk airmatamu sebelum ia jatuh, mendekap tubuhmu ketika kau menangis? Seperti aku yang selalu melakukannya padamu? Apakah?

Sungguh. Detik-detik kala aku bisa mendengarkan nyanyian burung pagi adalah saat bersamamu. Hari dimana aku bisa menikmati pelangi tanpa hujan adalah ketika bersamamu.

Dan, katakan padaku. Apakah dia mencintaimu seperti aku mencintaimu? Apakah dia selalu membuatmu merasa kau tak lagi punya duka, dengan setiap kata yang teruntai bagai mutiara? Apakah perlakuannya yang membuatmu tak mampu lagi berkata-kata, selain senyum bahagia luar biasa di bawah bibirmu?

Maukah kau berjanji padaku? Jangan kau sia-siakan dia apabila semua yang kutanya kaujawab ‘Ya’.
Maukah kau berjanji padaku? Kau akan mencintainya, menjalani hari bersamanya, seperti kau mencintaiku, seperti yang biasa kita lakukan dulu.



"Will he love you like I loved you?
Will he tell you everyday?
Will he make you feel like you're invincible
With every word he'll say?

Can you promise me if this was right?
Don't throw it all away

Can you do all these things?
Will you do all these things
Like we used to?
Oh, like we used to"


Like We Used To ~ A Rocket To The Moon




Jakarta, 19 Februari 2011

Labels:

permalink | 0 comments (+)

« BACK FORWARD »