Kepada Ayahanda Wanitaku ; 17 Jan 2011

Assalamualaikum, paman. Sebelumnya aku meminta maaf karena berani sekali menulis surat seperti ini kepada paman. Tapi percayalah paman surat ini kutulis untuk meyakinkanmu, agar kau mempercayaiku, untuk memberikan tangkup tanggung jawabmu kepadaku.

Paman, seperti halnya dirimu saat kau jatuh cinta pada istrimu. Aku pun merasakan hal seperti itu, kepada anak wanitamu. Kau merasakan cinta yang tak terperi, dan ingin memiliki seutuhnya. Ingin menjalani sisa hari di hidupmu bersama kekasihmu. Melihat senyum wanitamu yang menjadi alasan kau harus membahagiakannya. Dan menatap lelap perempuanmu adalah janji untuk selalu menjaganya. Aku pun seperti itu. Aku ingin hidup bersama anak wanitamu, dengan para malaikat kecil pembawa harum surga di rumah kami. Aku ingin setiap ku membuka mata, adalah wajahnya yang akan selalu kucinta. Dan senyum keihklasan putrimu adalah tanggung jawabku untuk selalu menjaga agar tetap di tempatnya. Lelah anak wanitamu kala ia tertidur adalah keharusanku untuk membasuhnya dengan bahagia. Aku menginginkan itu paman, dari anakmu.

Aku tahu aku bukan pria tangguh sepertimu. Pria gagah yang rela membela apa pun untuk melindungi anak gadismu. Sejak ia masih balita, hingga ia dewasa. Aku sadar aku adalah pria yang tak tahu apa-apa. Datang dalam kehidupan anakmu hanya beberapa tahun saja. Tapi paman, bila kau memberikan anakmu kepadaku. Akulah pria yang akan dengan ikhlas memberikan semua yang kupunya untuk melindungi anakmu. Sekali pun itu nyawa. Aku yang akan menjadi telinga saat ia membutuhkan seseorang untuk mendengar ceritanya. Aku yang akan menjadi punggung jemari saat ia ingin meneteskan air mata. Atau aku yang menjadi air matanya, saat pedih tak terkira telah merebut bahagia beserta embun mata yang ia butuhkan untuk menangis. Aku akan melakukannya paman. Karena Tuhanku yang juga Tuhamu, memerintahkan seorang pria untuk menjadi pelindung wanita.

Aku tahu kau begitu mencitainya. Tapi kau juga harus tahu aku pun mencintainya. Aku jatuh cinta pada pribadi sederhana anakmu yang melekat di hatinya paman. Aku jatuh cinta pada kecintaan ia pada Tuhannya. Aku jatuh cinta pada ketangguhan hatinya, yang mungkin bahkan lebih tangguh dari hati yang kupunya. Aku akan terus mencintainya, paman. Bukan hanya saat ia dipuja banyak orang karena kecantikannya. Tapi juga saat tak ada orang lain lagi yang menoleh pada wajahnya yang mulai berkeriput. Aku tetap mencintainya. Semakin orang lain tak mempedulikannya, semakin aku jatuh cinta padanya. Akulah pria yang akan tetap mengecupnya, walau sampai itu hanya berbentuk sebuah nama pada nisan di atas pusaranya.

Tapi paman, apabila aku bukan pria yang kau percayai untuk menjadi pelindung bagi anakmu. Apabila menurutmu aku tak cukup tangguh untuk menjadi seorang imam bagi anak gadismu di sisa hidupnya. Aku ikhlas kehilangan wanita yang paling aku cintai kemarin, saat ini dan mungkin bertahun-tahun selanjutnya setelah kau tak mengizinkan aku menjadi suaminya. Dan bila nanti kau ingin menikahinya dengan pria yang kau percayai. Haruslah dia, pria paling beruntung yang memperistri anak gadismu, seorang pria tangguh sepertimu dan lebih tangguh dari aku. Haruslah dia, seorang pria yang mencintai anakmu melebihi aku mencintainya saat ini.

Dari aku,lelaki yang meminta izin untuk hidup bersama anak wanitamu.

Ps. Jangan katakan padanya aku menulis surat ini kepadamu

Labels:

permalink | 0 comments (+)

« BACK FORWARD »