Gadis di Ujung Gerbong Kereta ; 31 Dec 2010
“Jangan.” Ia merebut sebatang rokok yang baru saja kucabut dari rumahnya. Ia tak senyum, marah juga tak nampak di wajahnya. Yang kulihat hanya, manis. Senyum madu itu lebih candu dari rokok.
Dengan jari lentiknya dibuang semua tembakau nikmat itu. Dipilin, hanya menyisakan kertas yang kemudian ia pilin lagi hingga menyerupai tangkai. Kemudian ia merobek secara teratur bagian filter rokok itu. Diurai sedemikian rupa hingga menyerupai sekuntum mawar.
“Aku hanya tak ingin benda ini merebutmu dariku, sayang.” Lalu ia tersenyum. Kali ini lebih manis, seperti telaga di surga. Yang kemudian menyadarkan aku dari lamunan.
Gadis itu masih di sana, di ujung gerbong kereta. Dan rokok nikmat yang masih di tangan lekas kubakar.
Labels: 111 Kata